ARTIKEL BENDA PUSAKA MUSEUM KERATON KASEPUHAN CIREBON

Januari 20, 2019
BENDA PUSAKA MUSEUM KERATON KASEPUHAN CIREBON






Benda pusaka tidak hanya identik dari sisi keramat. Tapi juga memiliki nilai sejarah. Hal ini penting diketahui generasi muda, sebagai bukti sejarah dan perjuangan masa silam. Kini, keberadaan benda-benda pusaka kuno itu sebagian ada yang tersimpan dan terjaga di keraton-keraton.

SEBAGIAN besar pusaka itu sudah menjadi warisan leluhur secara turun-temurun. Di Cirebon, terdapat empat keraton yang masing-masing memiliki pusaka tersendiri. Tak semua keraton memiliki museum yang memadai untuk menyimpan benda pusaka tersebut. Padahal, jumlah benda pusaka sangat banyak, mulai dari yang memiliki nilai historis tinggi hingga senjata-senjata perang yang digunakan para prajurit.

Humas Keraton Kaprabonan, Pangeran Haerudin Kaprabonan mengatakan, di Keraton Kaprabonan, ada beberapa pusaka kuno yang tidak dimiliki oleh keraton lain. Salah satunya pusaka yang paling kuno itu ialah Keris Ki Jimat Tunggul Manik. Konon sejarahnya, ini merupakan keris pertama Sunan Gunung Djati atau Syekh Syarif Hidayatullah. Pusaka ini diberikan saat Sunan Gunung Djati ingin kembali ke Cirebon mengikuti jejak ibundanya, Nyi Mas Rara Santang yang menikah dengan Raja Mesir.
“Tujuannya, bilamana nanti Sunan Gunung Djati tiba di tanah Jawa, bisa dikenali oleh Mbah Kuwu atau Pangeran Walangsungsang yang tak lain kakak dari Nyi Mas Rara Santang,” tutur Pangeran Haerudin saat ditemui Radar,kemarin. Keris itu juga, kata dia, sebagai perlambang peralihan kekuasaan dari Mbah Kuwu Cirebon kepada Sunan Gunung Djati.

Kemudian dengan keris itu, secara turun-temurun dipakai setiap kali pergantian sultan. Lalu kenapa keris itu berada di Keraton Kaprabonan? Ceritanya saat pecah antara Kasepuhan dan Kanoman. Lalu Keraton Kanoman pecah lagi menjadi Kacirebonan dan Kaprabonan. Sultan Badrudin yang saat itu menjadi Sultan Kanoman, memiliki putera mahkota dari permaisuri bernama Pangeran Adipati Keprabonan. Keris itulah yang kemudian diserahkan kepadanya hingga sekarang masih tersimpan utuh di Keraton Kaprabonan.
Ada lagi pusaka pedang Ki Kambang. Dinamakan Ki Kambang karena saat ditemukan, pusaka ini mengambang di atas sungai. Sejarahnya, pada waktu Sunan Gunung Djati tafakur di pinggir kali untuk mendapatkan petunjuk menundukkan Raja Galuh, lalu datang seekor ular berupa pedang.

Pedang Ki Kambang ini kemudian diserahkan kepada Syekh Magelung Sakti untuk memimpin perang dengan Raja Galuh. Selain pedang Ki Kambang, ada pula pedang Ki Jagasatru. Sejarahnya, pedang ini digunakan oleh panglima yang mengamankan wilayah. Ada kisah unik mengenai Pedang Ki Jagasatru. Pedang ini pernah menghilang dan dicuri pada tahun 2012.
Setelah tiga bulan menghilang, tim buser dari kepolisian akhirnya menemukannya. Saat dibawa dalam perjalanan dari Jakarta, anehnya mobil yang membawa pedang tersebut selalu kempes hingga berulang-ulang kali. “Ini mungkin ada daya magisnya dari benda pusaka,” ujar Pangeran menambahkan.
Adapula tusuk konde Nyi Mas Ganda Sari, yang tersimpan di dalam lemari besi di Keraton Kaprabonan. Tusuk konde inilah yang digunakan Nyi Mas Ganda Sari untuk menaklukan Raja Galuh. Sebagian besar pusaka tersebut baru dikeluarkan dan dibersihkan saat akan dilakukan tradisi panjang jimat, setiap bulan Mulud.

Sementara di Keraton Kacirebonan, yang dibangun pada tahun 1808, terdapat lebih dari ratusan benda pusaka yang saat ini berada di dalam Keraton Kacirebonan. Benda pusaka di Keraton Kacirebonan lebih tertata rapih. Umumnya, benda pusaka tersebut sudah dilindungi dengan lemari kaca, sehingga para wisawatan bisa lebih leluasa melihatnya.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.