KERETA SINGA BARONG
KERETA SINGA BARONG
Singa Barong, adalah
salah satu benda cagar budaya yang cukup populer, dan memiliki nilai histori
yang tinggi bagi masyarakat Jawa Barat, khususnya bagi warga Cirebon. Singa
Barong adalah kereta kencana, kendaraan para raja Kesultanan Cirebon di masa
lampau.
Singa Barong adalah kereta kebanggaan
Keraton Kasepuhan, keraton paling megah yang masih terawat dengan baik di Kota
Cirebon. Singa Barong juga adalah salah satu yang tertua di Indonesia, karena
keberadaannya sejak abad 16.
Kereta Singa Barong ini pertama kali digunakan oleh
raja ke IV dari Keraton Kasepuhan Cirebon yang dulunya bernama keraton
Pakungwati. Pakungwati sendiri adalah nama lain dari mendiang isteri Sunan
Gunung Jati. Nama Pakungwati diabadikan untuk memberi penghormatan terhadap
Sunan Gunun jati, yang diyakini sebagai leluhur Kesultanan Cirebon.
Sejak itu pula Kereta ini terus dipergunakan secara turun temurun, dan
baru dihentikan penggunaannya pada tahun 1942, karena kondisinya yang sudah
tidak memungkinkan, dan mulai rentan termakan usia.
Singa Barong kini tersimpan di museum kereta disisi
bangunan Taman Dewandaru, kereta asli sudah tidak boleh keluar atau
dipergunakan lagi. Hingga kini kereta Singa barong asli masih terawat dan
dijaga dengan baik.
SEJARAH KERETA SINGA BARONG
Wajah kereta ini merupakan
perwujudan tiga binatang yang digabung menjadi satu, gajah dengan belalainya,
bermahkotakan naga dan bertubuh hewan burak. Belalai gajah merupakan
persahabatan dengan India yang beragama Hindu, kepala naga melambangkan persahabatan
dengan Cina yang beragama Buddha, dan badan burak lengkap dengan sayapnya,
melambangkan persahabatan dengan Mesir yang beragama Islam.
Sesosok mahluk terbang melintasi
angkasa dengan sepasang sayap yang indah. Mahluk tersebut berbadan singa namun
berkepala naga dengan belalai menyerupai gajah yang menggenggam sebilah
trisula. Itulah sosok mahluk prabangsa (purba, imajiner) yang dilihat pada
suatu malam oleh Pangeran Losari, adik dari Panembahan Ratu I (raja Cirebon
ke-2).
Ketika hal tersebut disampaikan
kepada sang kakak, gambaran mahluk tersebut menjadi ide design untuk membuat
kereta kerajaan baru, sebagai ganti dari pedati gede pekalangan. Melalui
arsiteknya, Ki Natagana atau yang lebih dikenal dengan julukan Ki Gede
Kaliwulu. Di bangunlah sebuah kereta Kerajaan yang bentuknya persis menyerupai
sosok mahluk yang dilihat oleh Pangeran Losari tersebut. Kereta tersebut di
beri nama Kereta Singa Barong yang selesai di buat pada tahun Jawa 1571 Saka
(1649 M), dengan sengkalan (kode) tahun Saka: Iku Pandhita Buta Rupane (Itu
Pendeta Raksasa Wujudnya).
Walaupun dibuat pada masa lampau, para ahli berpendapat, Kereta Singa
Barong telah memiliki tehnologi yang canggih, yang telah banyak digunakan oleh
kendaraan-kendaraan masa kini.
Kereta singa
barong memiliki warna yang sempurna karena dilapisi serbuk intan yang merupakan
cikal bakal di teknologi modem dinamakan metalik. Kereta singa barong juga
memiliki suspensi sempurna, yang dapat meredam guncangan
kereta saat melalui jalanan berbatu
atau rusak, sehingga akan nyaman saat digunakan. Hal tersebut juga didukung
dengan design roda yang diciptakan sesuai dengan suspensi yang dimiliki kereta,
sehingga dapat berputar secara stabil. Roda kereta ini juga didesign untuk
kondisi jalan becek, dimana posisi roda dibuat menonjol dari jari-jarinya, agar
terhindar dari cipratan air saat melaju di jalanan yang becek. Kereta ini juga
memiliki kemudi yang menggunakan sistem hidrolik, sehingga mudah dikemudikan
oleh sais/kusimya. Bahkan kedua sayap yang dimiliki oleh kereta ini dapat
bergerak, seperti kepakan saat kereta berjalan.
Dengan segala kenyamanan yang
dimilikinya, pada masa kesultanan dulu Kereta Singa Barong dijadikan sebagai
kendaraan dinas sultan untuk berkunjung ke wilayah kekuasaannya hingga ke
pelosok daerah. Kereta ini ditarik oleh empat ekor kerbau bule, yang diyakini
memiliki kekuatan lebih disbanding jenis kerbau biasanya.
Saat ini kereta Singa Barong sudah tidak lagi dipergunakan
dan disimpan di dalam museum Keraton Kasepuhan sejak tahun 1942, beserta
benda-benda pusaka milik keraton lainnya. Hanya replika/tiruan dari kereta ini
yang dapat kita lihat menyelusuri jalanan pada momen- monen tertentu. Seperti
pada Festival keraton nusantara misalnya, replika Kereta Singa Barong kerap
disertakan dalam parade.Sejak tahun 1942 kereta ini hanya dikeluarkan pada
tanggal 1 Syawal untuk dimandikan. Kembarannya berada di Keraton Kanoman
bernama Kereta Paksi Naga Liman. Kereta ini sangat menarik karena
memperlihatkan hasil karya teknologi yang tinggi. Sistim suspensi hidrolik yang
dibangun dengan kayu dan baja itu memungkinkan kenyamanan pemakaian si
pengguna. Belum lagi desain roda yang menghindarkan pengendara dari lumpur yang
terlontar dari roda. Bahwa enam abad yang lalu sudah ada teknologi yang begitu
maju, rasanya sangat menakjubkan. Apalagi menurut pengantar wisata, teknologi
ini diakui secara internasional sebagai teknologi yang maju di zamannya.
Rupanya keraton bukan hanya tempat belajar kebudayaan dan sejarah, tetapi bisa
juga menjadi tempat belajar sejarah kemajuan iptek di masa lalu.
Tidak ada komentar: