artikel peninggalan sunan Gunung Jati

Januari 15, 2019

Peninggalan Sunan Gunung jati

Banyak sekali peninggalan Sunan Gunumg Jati yang ada di Keraton Kasepuhan dan disimpan di Museum Kasepuhan. Sunan Gunung Jati memiliki cara tersendiri dalam menyebarkan agama islam, salah satunya melalui kesenian gamelan di Cirebon.

Gamelan milik sunan Gunung jati atau Syekh Syarif Hidayatullah itu bernama Gamelan Sekaten. Perlengkapan gamelan milik Sunan Gunung Jati berisi tiga gong, bonang, saron dan lainnya itu disimpan di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon. Gamelan Sekaten milik Sunan Gunung Jati itu merupakan hadiah dari Sultan Trenggono Demak pada abad ke - 15 dan termasuk benda pusaka tertua. Perlu diketahui kata ` Sekaten ‘ berasal dari kata Syahadatain atau dua kalimat syahadat.

Gamelan ini memiliki fungsi juga sebagai syiar islam, pada zaman Sunan Gunung Jati, masyarakat yang ingin menyaksikan pertunjukan Gamelan Sekaten wajib mengucapkan dua kalimat syahadat. Dua kalimat syahadat itu ibarat tiket masuk untuk melihat pertunjukan bentuk syiarnya seperti itu.

Hingga saat ini, pihak keraton masih memainkan gamelan tersebut meski usianya sudah ratusan tahun. Setiap hari raya idul fitri dan hari raya idul adha pihak Keraton Kasepuhan Cirebon mementaskan gamelan tersebut, dan pertunjukan gamelan tersebut ditonton langsung oleh Sultan Kasepuhan Cirebon. Keluarga Keraton Kasepuhan Cirebon juga rutin membersihkan gamelan milik Sunan Gunung Jati setiap bulannya. Gamelan milik Sunan Gunung Jati dimandikan dengan air kembang dan airnya diambil dari Sumur Bandung Dalem Agung Pakungwati. Tujuannya agar gamelan ini bersih dan harum.

 

Selain gamelan sekaten terdapat tongkat Cis khotbah milik Sunan Gunung Jati. Tongkat ini memiliki panjang 1,20 meter, tongkat tersebut terbuat dari semacam kayu hitam yang di ulir dengan logam pada setiap ujungnya. Tongkat tersebut menjadi salah satu ciri khas Sunan Gunung jati saat berkhotbah. Tongkat tersebut digunakan Sunan Gunung Jati menyebarkan agama islam di Cirebon dan sejumlah daerah yang lain. Mengajarkan islam sebagai agama yang mengajarkan kedamaian. Untuk saat ini tongkat tersebut di keluarkan hanya setahun dua kali, yaitu saat idul fitri dan idul adha saja. Ada yang unik dari pelaksanaan ibadah shalat ied yang dilaksanakan di Keraton Kasepuhan cirebon. Keraton ini melaksanakan dua kali shalat ied, shalat ied yang pertama di Langgar Agung Keraton Kasepuhan dan yang kedua di Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Perbedaannya, kalau di Langgar Agung usai shalat ied dilanjutkan khotbah dengan menggunakan bahasa Arab sedangkan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa , khotbahnya menggunakan bahasa indonesia dan pengkhotbahnya memakai tongkat khotbah peninggalan Sunan Gunung Jati. Pelaksanaan shalat ied dua kali itu berawal dari anjuran pemerintahan Indonesia pada masa orde baru agar setiap khotbah menggunakan bahasa indonesia. Sementara tradisi yang masih berjalan di Keraton Kasepuhan saat itu adalah khotbah menggunakan bahasa Arab.

Di Keraton kasepuhan masih banyak lagi barang peninggalan Sunan Gunung Jati yang disimpan di sebuah ruangan yang selalu di tutup, yang disebut ruang pusaka, di ruang tersebut tersimpan sejumlah benda yang hanya diperbolehkan keluar di waktu – waktu tertentu. Seperti jubah, keris, dan pedang milik Sunan Gunung Jati, serta sejumlah keramik yang hanya dikeluarkan saat acara pajang jimat atau menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, juga tersimpan sejumlah naskah kuno peninggalan Kasultanan Cirebon. Jadi yang penasaran dengan barang peninngalan Sunan Gunung Jati dan peninggalan kuno lainnya bisa datang ke Keraton Kasepuhan dan juga museumnya itu jadi destinasi wajib yang dikunjungi jika berada di kota Cirebon.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.