artikel peninggalan sunan Gunung Jati
Peninggalan
Sunan Gunung jati
Banyak sekali
peninggalan Sunan Gunumg Jati yang ada di Keraton Kasepuhan dan disimpan di
Museum Kasepuhan. Sunan Gunung Jati memiliki cara tersendiri dalam menyebarkan
agama islam, salah satunya melalui kesenian gamelan di Cirebon.
Gamelan milik
sunan Gunung jati atau Syekh Syarif Hidayatullah itu bernama Gamelan Sekaten.
Perlengkapan gamelan milik Sunan Gunung Jati berisi tiga gong, bonang, saron
dan lainnya itu disimpan di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon. Gamelan Sekaten
milik Sunan Gunung Jati itu merupakan hadiah dari Sultan Trenggono Demak pada
abad ke - 15 dan termasuk benda pusaka tertua. Perlu diketahui kata ` Sekaten ‘
berasal dari kata Syahadatain atau dua kalimat syahadat.
Gamelan ini
memiliki fungsi juga sebagai syiar islam, pada zaman Sunan Gunung Jati,
masyarakat yang ingin menyaksikan pertunjukan Gamelan Sekaten wajib mengucapkan
dua kalimat syahadat. Dua kalimat syahadat itu ibarat tiket masuk untuk melihat
pertunjukan bentuk syiarnya seperti itu.
Hingga saat ini,
pihak keraton masih memainkan gamelan tersebut meski usianya sudah ratusan
tahun. Setiap hari raya idul fitri dan hari raya idul adha pihak Keraton
Kasepuhan Cirebon mementaskan gamelan tersebut, dan pertunjukan gamelan
tersebut ditonton langsung oleh Sultan Kasepuhan Cirebon. Keluarga Keraton
Kasepuhan Cirebon juga rutin membersihkan gamelan milik Sunan Gunung Jati
setiap bulannya. Gamelan milik Sunan Gunung Jati dimandikan dengan air kembang
dan airnya diambil dari Sumur Bandung Dalem Agung Pakungwati. Tujuannya agar
gamelan ini bersih dan harum.
Selain gamelan
sekaten terdapat tongkat Cis khotbah milik Sunan Gunung Jati. Tongkat ini
memiliki panjang 1,20 meter, tongkat tersebut terbuat dari semacam kayu hitam
yang di ulir dengan logam pada setiap ujungnya. Tongkat tersebut menjadi salah
satu ciri khas Sunan Gunung jati saat berkhotbah. Tongkat tersebut digunakan
Sunan Gunung Jati menyebarkan agama islam di Cirebon dan sejumlah daerah yang
lain. Mengajarkan islam sebagai agama yang mengajarkan kedamaian. Untuk saat
ini tongkat tersebut di keluarkan hanya setahun dua kali, yaitu saat idul fitri
dan idul adha saja. Ada yang unik dari pelaksanaan ibadah shalat ied yang
dilaksanakan di Keraton Kasepuhan cirebon. Keraton ini melaksanakan dua kali
shalat ied, shalat ied yang pertama di Langgar Agung Keraton Kasepuhan dan yang
kedua di Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Perbedaannya, kalau di Langgar Agung
usai shalat ied dilanjutkan khotbah dengan menggunakan bahasa Arab sedangkan di
Masjid Agung Sang Cipta Rasa , khotbahnya menggunakan bahasa indonesia dan
pengkhotbahnya memakai tongkat khotbah peninggalan Sunan Gunung Jati.
Pelaksanaan shalat ied dua kali itu berawal dari anjuran pemerintahan Indonesia
pada masa orde baru agar setiap khotbah menggunakan bahasa indonesia. Sementara
tradisi yang masih berjalan di Keraton Kasepuhan saat itu adalah khotbah
menggunakan bahasa Arab.
Di Keraton
kasepuhan masih banyak lagi barang peninggalan Sunan Gunung Jati yang disimpan
di sebuah ruangan yang selalu di tutup, yang disebut ruang pusaka, di ruang
tersebut tersimpan sejumlah benda yang hanya diperbolehkan keluar di waktu –
waktu tertentu. Seperti jubah, keris, dan pedang milik Sunan Gunung Jati, serta
sejumlah keramik yang hanya dikeluarkan saat acara pajang jimat atau menyambut
hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, juga tersimpan sejumlah naskah kuno peninggalan
Kasultanan Cirebon. Jadi yang penasaran dengan barang peninngalan Sunan Gunung
Jati dan peninggalan kuno lainnya bisa datang ke Keraton Kasepuhan dan juga
museumnya itu jadi destinasi wajib yang dikunjungi jika berada di kota Cirebon.
Tidak ada komentar: