Review Singa Barong

Januari 14, 2019



Kereta Barong









Kereta Barong merupakan peninggalan yang berada di Museum Keraton Kesepuhan yang berada di Cirebon. Kereta kencana sendiri adalah kereta yang paling cantik, kereta ini tergabung dari beberapa hewan, ada 4 hewan gabungan yaitu singa atau macan (tubuh, kaki, dan mata), garuda (sayap), gajah (belalai), naga (kepala). Kereta ini sendiri dibuat pada tahun 1571 Saka atau 1649 Masehi, kerta ini dipergunakan untuk keperluan sultan yang dikendarai oleh 4 kerbau putih, dan kerta barong sendiri terdapat duplikatnya.

Asal nama kereta singa barong berasal dari kata “Singasari” yang artinya memberi nama dan “Barong” yang berati bebarengan atau bersama sama, jadi arti singa barong adalah memberi nama sama – sama. Kereta ini memiliki keajaiban unik yaitu menggunakan teknologi modern. Kereta ini sebenarnya dibuat sekitar abad ke-15 oleh Panembahan Losari dan ahli ukirnya berasal dari kaliwulu, Kabupaten Cirebon.

Kereta ini original buatan para ahli kerta Keraton Kacirebonan, ini mengambarkan bahwa teknologi orang Cirebon tempo dulu cukup tinggi sekaligus merupakan kelebihan Kerajaan Cirebon disbanding keraton – keraton sebelumnya atau sesudahnya yang mengimpor kereta ini dari Inggris, Belanda, Perancis. Bagian badannya sendiri memiliki lambing tersendiri dan asalnya, burung bersayap yang seperti burak lambang dari Agama Islam (budaya Timur Tengah), Gajah (India), Naga (Tiongkok), dan Singa (Eropa). Ketika masih digunakan kereta ini ditarik dengan 4 kerbau bule atau kerbau albino yang menggambarkan adanya 3 budaya dari 3 agama dan bangsa yang berbeda.

Konon lambang Negara Indonesia berupa Garuda Pancasila sala satunya mengambil kearifan lokal dari gambaran Singa Barong tersebut. Kereta Singa Barong memiliki trisula di belalai yang menjadi lambang ketajaman cipta, rasa, dan karsa manusia. Ukiran pada kereta singa barong sangatlah indah, di belakang Kereta Singa Barong menempel pada dinding adalah tombak berbendera kuning yang disebut “Blandrangan” yang dibawa prajurit Prajurit Panyurutan sebagai barisan kehormatan.

Ukiran pada bagian belakang Kereta Singa Barong berbentuk menyerupai gumpalan-gumpalan awan hijau dengan ornamen keemasan di dalamnya. Kereta Singa Barong telah mengenal suspensi dengan menyusun per (pegas) lempengan besi yang dilapisi karet-karet pada empat rodanya.Dengan teknologi suspensi ini, selain terasa empuk, badan kereta juga bisa bergoyang-goyang ke belakang dan ke depan. Bergoyangnya tubuh kereta ini bisa membuat sayap kereta bergerak-gerak dan nampak seperti terbang.Kereta Singa Barong biasanya dikeluarkan Kini Kereta Singa Barong yang asli sudah tidak dikeluarkan lagi setelah dibuat replikanya Terakhir kali digunakan oleh Sultan Sepuh ke-XI.

Singa Barong telah mengenal teknologi suspensi dengan menyusun per-pegas lempengan besi yang dilapisi karet – karet pada empat rodanya. Dengan teknologi suspense ini, di samping kereta bisa merasa empuk, badan kereta juga bisa bergoyang – goyang ke depan dan ke belakanga. Bergoyangnya kereta ke depan dan ke belakang bisa membuat sayap kereta bergerak – gerak. Itu sebabnya jika kereta ini berjalan, binatang bertubuh burak, berkepala gajah, bermahkota naga itu seperti terbang. Terlihat megah ketika sang sultan menaiki keretea tersebut.

Kereta ini dulu digunakan oleh sang sultan atau raja untuk kirab keliling Kota Cirebon tiap tanggal 1 Syura atau 1 Muhharam dengan ditarik oleh empat ekor kerbau bule atau kerbau albino. Penggunaan kereta untuk kirab yang berlangsung selama setahun sekali itu berlangsung turun temurun. Kereta ini baru berhenti digunakan untuk kirab tahun 1942, karena kondisinya tak memunkinkan lagi. Sekarang kereta tersebut tersimpan di Museum Keraton Kasepuhan Cirebon.



                     




Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.